Buku Pegangan Bab 18 halaman 118
Alukosio oleh APR Octavian Elang Diawan – Rapat Senatus ke-396-G/Tahun ke-33
Kita bersama memasuki bulan Oktober yang ditetapkan oleh Gereja sebagai bulan Rosario (bukan bulan Maria lho yah). Gereja menyadari betul bahwa Rosario memiliki peran istimewa dalam kehidupan iman Gereja.
Doa Rosario sudah dikenal di kalangan ordo Dominikan sejak abad XIII, tetapi baru memasyarakat setelah kemenangan tentara Kristen atas pasukan Turki di Lepanto. Pertempuran Lepanto adalah pertempuran laut yang terjadi pada tanggal 7 Oktober 1571 di Teluk Lepanto. Tentara Kekaisaran Ottoman berperang melawan tentara koalisi Kristen, yang disebut Liga Santa. Pertempuran itu melibatkan 6 kapal perang milik tentara Kristen melawan 208 kapal Ottoman. Selain itu, masing-masing pihak menurunkan sekitar 100.000 orang untuk berperang. Kekalahan tentara Turki merupakan pukulan yang telak dengan penenggelaman dan penahanan 205 kapal mereka, 30.000 korban jiwa, dan 8.000 tahanan perang.
Armada Kekaisaran Ottoman pada mulanya nampak tak terkalahkan. Namun kemenangan tentara Kristen yang dipimpin oleh Kekaisaran Spanyol, atas armada Turki di Teluk Lepanto memicu euforia di Roma. Di Roma Paus Pius V sibuk melakukan suatu hal yang tidak pernah akan dapat dilupakan dalam sejarah kekristenan.
Pertempuran berlangsung pada hari Minggu pertama bulan Oktober tahun itu dan kemenangan yang diraih diyakini sebagai akibat pertolongan “Rosario Santa Perawan Maria”. Sejak saat itu, doa Rosario menjadi populer di kalangan umat.
Menurut berbagai laporan, selama pertempuran berlangsung, di Roma Paus Pius V menunggu hasil perang sambil berdoa Rosario. Di tengah doa, beliau keluar dari kapel dan mengumumkan kepada semua umat beriman yang hadir, bahwa dalam sebuah penampakan beliau melihat Allah memberikan kemenangan kepada tentara Kristen dengan perantaraan doa Santa Perawan Maria. Demikianlah, setiap tanggal 7 Oktober Gereja Katolik merayakan peringatan wajib Rosario Santa Perawan Maria.
Rosario (dari bahasa Latin rosarium “mawar”) adalah doa tradisional Katolik yang merenungkan dua puluh “peristiwa” dalam kehidupan Yesus Kristus dan Bunda Maria. Doa ini mulai diperkenalkan sekitar tahun 800-an, untuk menggantikan doa Mazmur bagi umat yang buta huruf. Pada akhir abad pertengahan doa ini mulai ditinggalkan umat, sampai Beato Alano de la Roca menghidupkannya kembali di Köln (Jerman) pada abad ke-15.
SIKAP BATIN DALAM DOA ROSARIO
Yang pertama, pusat doa Rosario adalah Tuhan Yesus Kristus, karena Rosario adalah saripati peristiwa Injil. Maka baik kiranya kita bisa berdoa Rosario untuk semua peristiwa, artinya janganlah kita mengidolakan sebuah peristiwa tertentu dan terpaku pada satu peristiwa itu saja setiap kali berdoa Rosario.
Yang kedua, dalam melaksanakan Doa Rosario hendaklah batin kita benar-benar terisi oleh tenaga kekaguman akan kasih Allah melalui pengurbanaan Kristus, terisi dengan luapan rasa syukur kepada Allah atas pemeliharan jiwa dan badan kita, terisi dengan semangat untuk memperbaiki kualitas hidup rohani kita, serta terisi dengan pernyataan ungkapan-ungkapan iman yang meneguhkan dan menunjukkan ketergantungan kita pada Allah.
Seperti halnya Doa Rosario diyakini telah membawa laskar Kristen memenangkan pertempuran dahsyat di Lepanto, maka doa Rosario yang sama kiranya akan memampukan kita memenangkan peperangan dahsyat masa kini, di mana Gereja sedang berperang melawan arus sekularisme, hedonisme, materialisme, dan lain-lain. Tuhan memberkati. Ave Maria.
Hello. Absolutely with you it agree. In it something is and it is excellent idea. I support you. Vin Axe Cristobal